Jika kita membaca kembali kisah pernikahan Sayyid Abdullah dengan Sayyidah Aminah, kita bisa melihat beberapa fakta menarik dan mengejutkan yang terjadi.
Dikala Abdullah
mulai menginjak usia dewasa, Abdul Mutholib bermaksud untuk menikahkan putranya
tersebut, Ahli sejarah berbeda pendapat mengenai usia pasti Abdullah saat
menikah, ada yang mengatakan bahwa ia menikah pada usia 18 tahun, adapula yang
mengatakan pada usia 25 tahun dan ada yang berkata pada usia 30 tahun.1
Setelah melewati
pertimbangan yang panjang, akhirnya Abdul Mutholib memutuskan untuk melamar
Aminah binti Wahab dan menikahkan nya dengan Abdullah. Abdul Mutholib sangat
hati hati dalam memilihkan pasangan untuk sang puteranya, karena dalam keluarga
Abdul Mutholib ada sebuah peraturan yang tidak tertulis, yaitu jangan sampai
diantara keluarga Abdul Mutholib ada yang menikah dengan seorang wanita yang
pernah berzina, atau dari keturunan yang pernah terbukti berbuat keji. Karena ini,
Abdul Mutholib sangat berhati-hati dalam memilih calon pendamping hidup
puteranya.
Selain
melamar Aminah binti Wahab untuk Abdullah, Abdul Mutholib juga melamar Halah binti Wuhaib
untuk ia sendiri, Wahab dan Wuhaib masih bersaudara, dari Halah binti Wuhaib
inilah Abdul Mutholib punya Hamzah, dan menariknya Hamzah juga pernah disusui
oleh Tsuaibah Al Aslamiyyah seorang budak Abu Lahab yangdimerdekakan dikala
Rasulullah terlahir. Oleh karena itu Sayyidina Hamzah adalah Paman Rasulullah
dari jalur nasab dan ia juga sebagai saudara laki laki Rasulullah sebab rodo' (sepersusuan).2
Singkat cerita, hari pernikahan tiba, Abdullah dan Abdul
Mutholib dengan gagah berjalan menuju rumah pengantin perempuan dengan diiringi
oleh keluarga dan kerabatnya, di sebuah jalan dekat Ka’bah seorang perempuan
menghentikan langkah Abdullah dan bertanya,”Hendak pergi kemana engkau wahai
Abdullah.” perempuan tersebut adalah laila Al Adawiyyah saudara Waraqoh, Waraqoh sendiri pada
saat itu beragama Nashrani dan Laila pun melakukan hal sembrono ini karena termotivasi
dari Waroqoh yang pernah berkata bahwa kelak dari suku Quraisy akan lahir
seorang nabi terakhir, hal inilah yang membuat Laila berani untuk berkata
konyol kepada Abdullah, ia lupa bahwa puluhan pasang mata sedang melihatnya. “Wahai Abdullah jika engkau bersedia
menerimaku sebagai istrimu aku akan memberi seratus unta kepadamu.” Ucap Laila.
“Aku selalu mengikuti kehendak ayahku, dan aku tidak akan pernah
meninggalkannya." jawab Abdullah.
Belum sempat sampai kerumah mempelai wanita, Abdullah kembali dicegat oleh
seorang perempuan bernama Fatimah bint Murr Al Khatsamiyyah, dia adalah
seorang peramal yahudi yang tekun mendalami kitab taurat, dia melakukan hal yang
lebih parah daripada Layla Al Adawiyyah hal ini dilakukan karena keyakinnya
bahwa Abdullah ini lah yang akan menjadi calon ayah bagi nabi terakhir yang
akan diutus, ia mengungkapkan kalimat yang sangat tidak sopan. “ Wahai
Abdullah, maukah kamu berhubungan denganku, jika kamu berkenan maka akan aku
berikan seratus unta kepadamu.” Ucapnya.
Abdullah menjawab dengan sangat tegas, ia menjawab dengan sebuah Sya’ir
dalam bahar rajaz
أَمَّا
الْحَرَامُ فَالْمَمَاتُ دُونَهْ ... وَالْحِلُّ لَا حَلَّ فَأَسْتَبِينَهْ
فَكَيْفَ
لِي الْأَمْرُ الَّذِي تَبْغِينَهْ
“Segala
sesuatu yang diharamkan aku bersedia mati untuk menjauhinya, sedangkan sesuatu
yang dihalalkan maka aku harus mengetahui lebih jelas tentangnya, bagaimana aku
akan memenuhi permintaanmu yang tercela itu, padahal orang yang mulia akan
menjaga harga diri dan agamanya”.3
Begitulah peristiwa dua orang wanita yang sudah mengetahui kelebihan
Abdullah luar dalam. Ia rela melakukan apapun demi menggapai tujuannya, namun
prinsip Abdullah yang tak tergoyahkan, sehingga mereka terpaksa gigit jari.
Wa allahu a’lam
.........................
1. Nihayatul arrabi fi fununil adab. hal.58
2. Arrasfu fi ma ruwiya an Nabiyi min al fi'li wa al wasfi. Hal.31
3. Dalailu an nubuwwah li Abi Na'im al Asbihani. Hal.131




Post a Comment