-->
9vfg0AJa4SKEeswrn3rRCky8f8QOEXRuxxHmRFzq
© Ifhaam. All rights reserved. Premium By Raushan Design

Labels

Bookmark

Telaah Fiqih : Memahami Konsep Ta'aluq Syirkah dan Ta'aluq Dzimmah dalam Bab Zakat

Ketika berbicara mengenai zakat, maka tidak akan lepas dari pembicaraan tentang harta yang sudah wajib di zakati dan kadar zakat yang wajib dikeluarkan.

Nah, ta'aluq (hubungan) antara harta (yang sudah wajib di zakati) dengan kadar yang wajib dikeluarkan, Ulama berbeda pendapat. Syekh Zainudin dalam kitab nya Fathal Mu'in menuturkan bahwasanya dalam permasalahan ini ada dua qoul : qaul adhar (الأظهر) mengatakan bahwa ta'aluq antara keduanya adalah ta'aluq syarikah / syirkah. Sedangkan dalam qaul qadimqaul ini adalah qaul yang di pilih Arraimi. Bahwasanya ta'aluq antara keduanya adalah ta'aluq dzimmah (tanggungan) bukan 'Ain (dzat).¹

Namun ulama lain menambahkan satu ta'aluq lagi, yaitu ta'aluq rahn. Sebagaimana yg dikatakan Ad damiri dalam kitabnya Najmul Wahhaj

Lalu apa maksud dari ta'aluq syirkah, ta'aluq dzimmah, dan ta'aluq rahn

Pertama, Taaluq Syarikah
Bila berdasarkan ta'aluq syarikah, maka kadar yang wajib di keluarkan itu ada dalam dzat harta yang wajib di zakati tersebut. seperti contoh, seseorang memiliki satu ton padi dan dia wajib mengeluarkan zakat 10 %. Nah, dzatiah kadar yang wajib dikeluarkan tersebut (dalam kasus ini berarti satu kwintal) ada dalam satu ton yang ia miliki. Sehingga pada dasarnya 1 kwintal dari 1 ton adalah milik mustahiq zakat. Sedangkan dia hanya memiliki 9 kwintal

Sehingga konsekwensi nya, jika ia tercegah atau menolak membayar zakat, maka hakim boleh mengambil secara paksa satu kwintal padi dari satu ton padi yang dimiliki orang tersebut.³

Konsekwensi lain nya, andai ia menjual satu ton padi yang ia miliki maka yang sah adalah 9 Kwintal. Karena 1 kwintal yang lain adalah milik mustahiq zakat.⁴

Kedua, Ta'alluq Rahn
Berdasarkan ta'aluq ini, maka kadar zakat yang wajib dikeluarkan ada dalam dzimmah (tanggungan) malik (pemilik harta), dan harta yang sudah mencapai nisobnya tersebut berstatus jaminan (مرهون به).⁵

Berdasarkan ta'aluq ini maka si malik tidak mesti mengeluarkan zakat dari bagian yang dimilikinya. Melainkan boleh dengan yang lain. Contoh, dia memiliki 40 kambing kemudian wajib bagi nya mengeluarkan 1 ekor kambing yg sudah memenuhi syarat. Nah, karena kewajiban nya berupa tanggungan (dzimah) maka 1 ekor kambing yang wajib dikeluarkan tersebut tidak mesti diambil dari 40 domba yang ia miliki. Kemudian, karena 40 domba yang ia miliki itu berstatus jaminan (مرهون به) maka konsekwensinya, di saat dia tidak bisa mengeluarkan zakat karena diantara 40 domba yang ia miliki tidak ada yang memenuhi syarat. Maka ia harus menjual domba yg ia miliki, dan uang nya dibelikan kembali pada domba yang sudah memenuhi syarat. Dan seperti ini juga yang dilakukan hakim di saat malik (pemilik harta) tidak mau membayar zakat.⁵

Berdasarkan ta'aluq rahn ini. Maka disaat malik menjual harta nya sebelum dikeluarkan zakat nya maka menurut qaul adzhar hukum nya sah secara mutlaq.⁶

Ketiga, Ta'aluq Dzimmah
berdasarkan ta'aluq ini kadar zakat yg wajib dikeluarkan malik itu bersifat tanggungan, sehingga tidak ada istilah isytirokul milki bainal malik wal mustahiq fi nisob, tidak ada persekutuan harta antara pemilik harta dan mustahiq zakat dalam harta yang sudah nisob. Karena demikian maka disaat si malik menjual seluruh harta yang sudah wajib di zakati tersebut, hukumnya sah. Karena, berdasarkan ta'aluq ini tidak ada ketentuan  untuk mengeluarkan zakat dari dzatiah harta yg udah mencapai nisob tersebut. Namun bisa dikeluarkan dengan harta selainnya.⁷

Wa Allahu a'lam
................

¹. Syekh Zainudin Al Malibari, fathal muin. (244) maktabah syamilah
تنبيه: الأظهر أن الزكاة تتعلق بالمال تعلق شركة وفي قول قديم اختاره الريمي لأنها تتعلق بالذمة لا بالعين

². Ad darimi, Najmul Wahhaj. (266) maktabah syamila
وفِي قَولٍ: تَعَلُّقِ الرَّهنِ, وَفِي قَولٍ: بِالذِّمَّةِ

³. -Said Ba'syan, busyrol karim (523) maktabah syamila
والزكاة تتعلق بالمال الذي تجب في عينه تعلق الشركة بقدرها؛ لأنها تجب بصفة المال جودة ورداءة، وتؤخذ من عينه قهراً عند الامتناع.
-Syekh Zainudin Al Malibari, Fathal Muin. (244) maktabah syamila
لو امتنع من إخراجها أخذها الإمام منه قهرا كما يقسم المال المشترك قهرا إذا امتنع بعض الشركاء من قسمته
-Al jamal, hasyiyah jamal (300) maktabah syamila
لَوْ امْتَنَعَ مِنْ إخْرَاجِهَا أَخَذَهَا الْإِمَامُ مِنْ مَالِهِ قَهْرًا كَمَا يُقْسَمُ الْمَالُ الْمُشْتَرَكُ قَهْرًا إذَا امْتَنَعَ الشُّرَكَاءُ مِنْ قِسْمَتِهِ

⁴.Abu Bakr Al Asadi, bidayatul muhtaj. (550) maktabah syamilah
(فلو باعه قبل إخراجها .. فالأظهر: بطلانه في قدرها) تفريعًا على قول الشركة؛ لأن بيع مِلك الغير من غير مُسوِّغ باطلٌ، (وصحته في الباقي) بناء على الصحة في تفريق الصفقة.


Syekh Zainudin Al Malibari, fathal muin. (244) maktabah syamilah
ويبطل البيع والرهن في قدر الزكاة فقط فإن فعل أحدهما بالنصاب أو ببعضه

⁵. Abu Bakr Al Asadi, bidayatul muhtaj. (550) maktabah syamilah
(وفي قول: تعلق الرهن) أي: يكون الواجب في ذمّة المالك، والنصابُ مرهون به؛ لأنه لو امتنع من الأداء ولم نجد الواجبَ في ماله .. باع الإمام بعضَه وشرى واجبه؛ كما يباع المرهون في الدين.

⁶.Abu Bakr Al Asadi, bidayatul muhtaj. (550) maktabah syamilah.
والخلاف هنا مُفرَّع على الأقوال السَّالفة: فإن قلنا: بقول الشركة .. فالأصحٌّ: ما ذكره المصنف، وإن قلنا: تعلق رهن .. فالأظهر: الصحة مطلقًا؛

⁷.Al jamal, hasyiyah jamal (300) maktabah syamilah
وَلِلثَّالِثِ أَنَّهُ يَجُوزُ إخْرَاجُهَا مِنْ غَيْرِ الْمَالِ.

--------
Post a Comment

Post a Comment