-->
9vfg0AJa4SKEeswrn3rRCky8f8QOEXRuxxHmRFzq
© Ifhaam. All rights reserved. Premium By Raushan Design

Labels

Bookmark

Sanad dan transisi keilmuan islam

 


Dalam perkembangan ilmu pengetahuan Islam, sanad / geneologi ilmu adalah sesuatu yang menjadi prioritas. Muncul nya disiplin ilmu seperti jarh wa ta'dil menjadi salah satu bukti kepedulian para ulama dalam menjaga kemurnian sumber ilmu pengetahuan.

Pada fase pertama / fase para Sahabat Rasulullah, pada masa itu Ilmu masih berkutat dalam Ilmu 'Amali / Terapan. belum begitu dikenal ilmu yg besifat teori. Pun dalam dunia penulisan ilmu, pada masa itu masih sangat terbatas. Rasulullah sendiri melarang para sahabat menuliskan sesuatu yang datang darinya kecuali ayat Alqur'an, Sebagaimana dalam sebuah hadist dari Ibn Hibban (w.354) dalam kitab nya, Shohih Ibn Hibban : 64

عن أبي سعيد الخدري لا تكتُبوا عنِّي إلّا القُرآنَ فمَن كتَب عنِّي شيئًا فلْيَمْحُه.

Pada fase Kedua, yaitu setelah sepeninggalan Rasulullah. Mulai lah Al qur'an disusun, dan pada masa Kekhalifahan Utsman Bin Affan pengkodifikasian Al Qur'an di sempurnakan. Walaupun Ilmu Nadhoriyah / Teoritis mulai berkembang pada akhir abad 2 H, tetapi sedikit banyak pengkodifikasian Al quran ini telah menjadi pintu awal menuju masa transisi perkembangan ilmu pengetahuan islam, dari ilmu terapan menuju ilmu teoritis. Transisi itu terus berlanjut sampai sekarang, sehingga Sanad / Geneologi itu penting guna menjaga keotentikan sumber yang semakin menjauh dalam sudut jarak dan menua dalam sudut waktu.

Pada masa sahabat, mereka melakukan transisi langsung dari Rasulullah dengan Talaqi (bertemu langsung), atau dengan mendengar dari sahabat lain (sima'i). Mereka tidak disibukan dengan mempelajari teori untuk berijtihad, karena mereka hidup bersama sumber asli yaitu Nabi. Tetapi tidak menafikan adanya ijtihad. Karena Rasul sendiri pernah memerintahkan Mu'adz untuk beijtihad pada saat ia diperintah Rasullah mengajarkan agama kepada penduduk yaman.

Tansisi ilmu dengan metode talaqi selesai sampai awal masa Tabi'in. Karena Rasulullah tidak lagi hadir ditengah mereka. Pada masa ini ada dua bentuk transisi yaitu, mendengar kemudian menghafal nya. Atau mendengar kemudian menuliskan nya. Hal ini terus terjadi secara turun temurun, sampailah pada masa pengkodifikasian hadist oleh imam imam hadist seperi Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Malik, dan yang lainnya. Melihat telah banyak nya pengkodifikasian hadist, dimulai pada fase inilah umat islam tidak hanya dengan cara mendengar dan menghafal. Tetapi ada dengan hanya mendengar dari gurunya kemudian merujuk pada kitab yang ditulisnya. Hal ini sangat membantu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam selanjutnya.

Kemudian dari dua sumber ini ( Al Quran Dan Hadist) terciptalah berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Sebagian Ulama dengan merujuk pada Alquran dan Hadist berinovasi merumuskan ilmu tentang aturan islam yang berkaitan dengan amaliah ummat ( Sosial, Transaksi, Ibadah, dsb.) Maka terciptalah disiplin ilmu fiqih / syari'ah.

Para Ahli Teologi dengan merujuk pada Al Quran dan Hadist merumuskan sebuah disiplin Ilmu yg dikenal dengan Ilmu Tauhid, seperti yang dilakukan oleh Abu Hasan Al Asy'ari, Ia merumuskan konsep teologi islam yang besumber pada Al Quran, Sunnah dan Nalar. Maka terciptalah rumusan aqidah asya'ariyah.

Dua disiplin ilmu tadi adalah contoh dari beberapa disiplin ilmu yang di rumuskan Oleh para Ulama.

Siapakah mereka, para ulama itu ? yang jelas mereka memiliki krediblelitas dalam ilmu agama, jauh dari kita. Dan masa mereka kepada sumber lebih dekat daripada orang-orang yg hidup di jaman sekarang.

Dengan kelemahan intelektual kita dan jauh nya masa kita dengan sumber asli, maka kurang layak bagi kita memahami dan menerjemahkan ilmu agama langsung dari Alquran dengan pemahaman kita, tanpa melalui rumusan ulama.

Dari sini kita menyadari akan pentingnya bermadzhab. Dan dari sini kita akan menemukan pentingnya sanad supaya transisi ilmu pengetahuan kita benar benar terhubung sampai ke sumber ilmu yaitu Rasulullah SAW. dan melalui para ulama sanad ini akan terhubung.



Terlalu Sombong Jika Ada Seseorang Yang Mengakui Sebuah Rumusan Ilmu Fiqih Tetapi Mereka Secara Egois Mengatakan Tidak Perlu Memakai Rumusan Ulama. Padahal Istilah Fiqih Itu sendiri Hasil Rumusan Ulama Tanpa Ulama Yang Merumuskan Maka Kita Tidak Akan Menemukan Disiplin ilmu fiqih tersebut. 

Coba Untuk merumuskan sendiri dari alquran sebuah disiplin ilmu sendiri, Dari Al quran dan hadist Jika memang tidak ingin mengikuti rumusan Ulama salafusholih. 

Bangga Bermadzhab, Jangan Dengarkan Mereka Mereka Yang Membuat Propaganda Untuk Tidak Bermadzhab. Karena Dengan Sèruan nya supaya tidak bermadzhab, secara tidak langsung mereka menginginkan kita untuk mengikuti madzhab nya


Post a Comment

Post a Comment