-->
9vfg0AJa4SKEeswrn3rRCky8f8QOEXRuxxHmRFzq
© Ifhaam. All rights reserved. Premium By Raushan Design

Labels

Bookmark

Mengapa ada banyak bentuk beribadah.

Diciptakan nya manusia dan seluruh makhluk Allah lainnya, tidak terlepas dari hikmah. Dan Allah tidak mungkin menciptakan sesuatu dg main - main (عبث). Hal ini Allah tegaskan dalam surat Al Mu'minuun ayat 115.

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَٰكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ.

Sebagian ulama menafsirkan dg redaksi

أفحسبتم -أيها الناس- أنما خلقناكم لعبًا دون حكمة

Apakah kalian mengira - wahai manusia - Aku menciptakan kalian secara main-main tanpa hikmah..?

Syekh Mutawalli Asya'rawi dalam kitab fiqh al halal wa al haram mengatakan, bahwa Allah menciptakan manusia untuk menunaikan kepentingannya sebagai kholifah di alam semesta ini.
Hikmah lain dari diciptakan-Nya manusia adalah agar beribadah kepada Allah SWT. Hal ini sejalan dengan firman-Nya dalam surat Adz-Dzaariyat ayat 56.

وما خلقت الجن والإنس الا ليعبدون.

Kata عبادة sendiri secara bahasa berarti Al khudu' wa tadzalul lil ghoiri li qasdi ta'dimihi. Tunduk dan merendah kepada selain (dirinya) dengan tujuan pengagungan. Sebagian ulama membahasakan nya dg kata "Ta'at".
Sehingga hal ini tidak boleh dilakukan kecuali kepada Allah SWT.
Menurut Asy Syarif Ali bin Muhammad Al Jurjani dalam kitabnya At Ta'rifat definisi عبادة adalah ;

فعل المكلف على خلاف هوى نفسه، تعظيما لربه.

Perbuatan Mukallaf yang menyelisihi hawa nafsunya, sebagai bentuk pengagungan terhadap TuhanNya.

Ibadah sendiri terdiri dari ibadah wajib/fardlu dan ada ibadah sunnah. Imam Al Ghazali dalam kitab bidayatul hidayah meng-analogikan ibadah dengan perniagaan, hal ini tidaklah aneh karena Allah sendiri di banyak tempat dalam Al Quran membahasakan ibadah dengan bahasa perdagangan / perniagaan.
Menurut Al Imam Al Ghazali ibadah fardlu sama hal nya seperti harta pokok (râsul maal) dalam perniagaan sedangkan ibadah nawafil (sunnah) seperti laba (ar ribh). hanya saja perniagaan disini adalah perniagaan akhirat. Dari analogi ini kita bisa melihat satu kesatuan antara ibadah fardlu dan sunnah.

Dan bentuk ibadah fardlu dan sunnah sendiri pun beragam, seperti yang sudah maklum, bahwa kita diwajibkan ; shalat, zakat, puasa, berhaji dan sebagainya. termasuk bentuk bentuk dari ibadah sunnah juga beragam.

Dari keberagaman bentuk ibadah ini. Al 'Alamah Syekh Ali bin Ahmad Al Jurjāwi, dalam kitab hikmatu at tasyri' wa falsafatuhu menjelaskan hikmah di balik nya.
Pertama, dalam surat Ibrahim Allah menjelaskan bahwa nikmat dan karunia Allah itu tidak terhitung dan tidak terbatas. Kedua, makna syukur terkandung dalam ibadah, secara tidak langsung ibadah yang dilakukan seseorang adalah sebagai repretasi dari bentuk syukur kepada Tuhan-nya.

Ketika kita mengetahui bahwa Allah telah meng-anugerahkan kepada kita banyak kenikmatan, seperti nikmati mendengar, melihat, kesehatan. Khusus nya nikmat terbesar yaitu nikmat makrifat kita kepadanNya, nikmat iman dan islam. Karena itu, Ibadah juga bentuknya beragam, supaya bentuk syukur kita beragam sebagaimana nikmat Allah yang diberikan kepada kita juga beragam.

Tetapi, hal ini tidak bisa diartikan bahwa syukur telah membayar nikmat yang diberikan tersebut. Karena nikmat Allah itu tidak terhitung, sedangkan ibadah terbatas.

- wa Allahu A'lam.
Post a Comment

Post a Comment