Kisah Sayyid Abdullah yang hampir disembelih Abdul Mutholib

Yusuf Alhamdani
... menit baca
Dengarkan
Sejarah mencatat bahwa Nabi Ismail hampir saja disembelih oleh sang ayah yaitu Nabi Ibrahim sebagai Qurban persembahan kepada Allah SWT. Hal serupa pernah terjadi pada Abdul Mutholib yang hampir menyembelih putra kesayangan nya Sayyid Abdullah.Perlu diketahui bahwa pada masa itu Makkah menjadi pusat perdagangan Bangsa Arab selama berabad abad. Setiap tahun nya para peziarah dari berbagai pelosok datang untuk berhaji ke baitullah. Agama tauhid yang di bawa Nabi Ibrahim sudah luntur membaur sehingga seperti adat istiadat belaka.
Abdul Mutholib yang bernama lengkap Syaibah menjadi Pemimpin Klan Quraisy pada waktu itu.
Di Makkah setiap klan memiliki tugas masing-masing ketika menghadapi musim haji. Dan Klan Quraisy bertanggung jawab dalmntugas Siqayah yaitu memfasilitasi ketersediaan air bagi peziarah.
Di kisahkan bahwa pada saat itu Makkah mengalami kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan sehingga sumur sumur yang menjadi sumber mata air pun ikut mengering. Abdul Mutholib yang menjadi penanggung jawab atas ketersediaan air untuk para tamu ka'bah tidak habis pikir mencari solusi untuk keluar dari permasalahan ini. Sumur zam zam pada waktu itu belum di temukan karena Suku Jurhum telah mengubur nya, sedangkan Suku Khuza'ah yang menjadi pemenang atas pertikaian nya dengan Suku Jurhum pada saat itu tidak tertarik untuk menggali nya kembali.
Dikisahkan pada suatu waktu ketika Abdul Mutholib istrihat tidur tepat di Hijr Ismail sebelah samping ka'bah. Ia bermimpi dengan seseorang yang memberitahukan adanya ketersedian air dan menyuruh menggalinya, tempat tersebut ada di sekitar ka'bah.
Ia melaksanakan titah dalam mimpinya setelah tiga kali bermimpi yang sama
Abdul Mutholib menelusuri tempat yg sesuai dengan persifatan yang diberitahukan kepadanyandalam mimpi. Ternyata tempat tersebut adalah tempat penyembelihan hewan untuk di persembahkan kepada berhala. Tepat nya terletak di antara berhala besar Ishaf dan Naila.
Rasa khawatir dari komentar warga Makkah ada dalam benaknya. Tetapi dengan yakin Abdul Mutholib memberanikan untuk menggalinya dengan dibantu puteranya yaitu Al Haris.
Dan benarlah kekhawatiran itu terjadi, percekcokan antara Abdul Mutholib dan orang-orang Quraisy tidak terhindarkan. Ia pun menjelaskan bahwa hal ini dilakukan bukan atas dasar penghinaan terhadap berhala sesembahan mereka, tetapi ia ingin menggali sumur zam-zam yang telah lama terkubur.
Percekcokan tidak bisa dilerai begitu saja. Akhirnya untuk meyakinkan mereka Abdul Mutholib mengucapkan nadzar sebagai bukti keseriusan nya, bahwa ini bukan untuk menghinakan. Ia pun bernadzar jika memilili lebih dari sepuluh putera ia akan menyembelih salah satunya.
Penggalian pun dilanjutkan, ketika galian mulai dalam, ditemukan harta karun yang di pendam oleh Suku Jurhum berupa dua patung emas dan alat-alat perang. Semua tidak tahu siapa yang berhak mendapatkan semua ini. Akhirnya dilakukanlah undian antara Abdul Mutholib, Kaum Quraisy dan Ka'bah. Hasilnya Ka'bah berhak mendapatkan dua patung emas, sedangkan alat-alat perang menjadi hak Abdul Mutholib, selanjutnya Kaum Quraisy tidak mendapatkan apa apa . Kisah selanjutnya sumur zam-zam pun ditemukan kembali.
Hari demi hari berlalu peristiwa penggalian sumur zam-zam yang pernah menggegerkan masyarakat Makkah pun mulai hilang dari ingatan. Tetapi tepat pada bulan Jumadil Ula Tahun 40 sebelum bi'tsah. Ketika Abdul Mutholib sudah memiliki sepuluh anak lebih. Nadzar yang pernah ia nyatakan masih hangat dalam ingatan. Ya, iya harus menyembelih salah satu puteranya.
Di depan ka'bah Abdul Mutholib melakukan undian untuk menentukan siapa yang harus disembelih sebagai nadzar. Hasilnya bahwa Abdullah lah yang harus dikorbankan.
Hal ini membuat setiap orang merasa khawatir terkhusus Fatimah binti Amr bin Ady yang berasal dari Klan Bani Makhzum. Ia adalah ibu dari Sayyid Abdullah. Ia meminta suaminya untuk mengurungkan semua yang telah di rencanakan nya. Mughiroh bin Abdullah (Pemimpin Klan Makhzum) tak tinggal diam, ia ikut membujuknya. Namun semuanya dihiraukan begitu saja oleh Abdul Mutholib. Walaupun pada akhirnya ia mengurungkan tindakan nya ketika seseorang menawarkan solusi kepadanya yaitu datang kepada seorang wanita dari hijaz ia di percaya masyarakat sekitar dalam meminta keputusan atas setiap masalah.
Abdul Mutholib pun bergegas menuju Hijaz. Ketika sampai di Yastrib (Madinah) terdengar bahwa orang yang dituju telah pindah ke Khaibar yaitu wilayah subur di utara kota Yastrib yang di huni oleh Kaum Yahudi.
Pertemuannya dengan konsultan wanita tersebut menghasilkan keputusan bahwa ia harus melakukan pengundian antara Sayyid Abdullah dengan sepuluh ekor unta. Dengan prosedur ; jika undian jatuh kepada Abdullah maka harus ditambah 10 ekor lagi, sampai undian itu benar benar jatuh pada unta maka baru lah menyembelih unta-unta itu.
Sudah 9 kali undian dilakukan tetapi semuanya mengarah kepada Abdullah ini artinya sudah ada 90 unta yang di undi. Dan harus menambah 10 unta lagi jika ingin melakukan undian kembali. Seluruh masyarakan Makkah yang menyaksikan ini berada dalam perasaan yang menegangkan. Akhirnya pada undian kesepuluh yaitu undian antara Sayyid Abdullah dan 100 ekor unta, barulah undian itu jatuh ke arah unta. Artinya Abdullah terbebas dari di sembelih dengan ganti Abdul Mutholib harus menyembelih 100 ekor unta. Bahkan untuk meyakinkan bahwa undian itu benar-benar jatuh kearah unta. Abdul Mutholib mengulang undian nya sebanyak tiga kali, dan hasilnya tetap ketiga undian tersebut mengarah ke unta, akhir nya Abdullah selamat dari kematian. Dan gantinya Abdul Mutholib harus rela mengorbankan 100 ekor unta. Pada hari itu seluruh Makkah merasakan kebahagian. Terkhusus ibu kandung Abdullah yaitu Fatimah bint Amr.
Di sarikan dari berbagai kitab dan buku sejarah.


Post a Comment