-->
9vfg0AJa4SKEeswrn3rRCky8f8QOEXRuxxHmRFzq
© Ifhaam. All rights reserved. Premium By Raushan Design

Labels

Bookmark

Bagaimana islam menghormati budaya lokal







Mendakwahkan Islam, bukan berarti kita harus melenyapkan budaya dan adat kebiasaan masyarakat dimana kita berdakwah. Tetapi tetap dengan melestarikan nya, jika hal itu tidak bertentangan dengan konsep ajaran Islam.

Kemudian jika kebudayaan itu tidak sesuai dengan konsep ajaran islam. Maka merubahnya dalam kemasan yang tidak melanggar syari'at, bukan melenyapkan nya secara menyeluruh. Dan tentu juga dengan beberapa catatan, salah satu nya kebudayaan tersebut memang terlahir dari budaya masyarakat itu sendiri, bukan kemaksiatan yang dibudayakan.

Pelajaran ini bisa kita ambil dari hikmah lafadz Basmallah ( بسم الله الرحمن الرحيم)
Dimana, dalam hal ini Rasulullah mengajarkan pada umatnya bahwa budaya bisa dijadikan media yang sangat efektif dalam berdakwah, karena jika dengan secara langsung kita menolak sebuah kebudayaan masyarakat di tempat dimana dakwah itu disiarkan, maka jelaslah tidak akan ada timbal balik yang didapatkan dari dakwah itu sendiri kecuali penolakan.

  Seperti yang sudah kita maklumi bahwa membaca Basmallah adalah hal yang sangat di anjurkan dalam setiap amal yang akan dilakukan oleh seorang Muslim. Adat kebiasaan bangsa Arab pada masa pra islam, mereka terbiasa mengawali setiap do'anya dengan kalimat bi (بِ) , seperti bi rifa' wal banin, ungkapan doa untuk sepasang suami istri yang baru menikah, dan banyak contoh lain yang menunjukan kebiasaan orang arab mengawali do'a nya dengan lafafz بِ. Tidak sampai disitu, termasuk bagian dari kebiasan bangsa Arab pada masa pra islam, adalah mereka menyebut nama sesembahan nya sebelum melakukan sesuatu, sebagai contoh mereka melafadzkan "bismillata wa bismil uzza" setiap akan melakukan sesuatu, berharap mendapatkan kesuksesan dari apa yang mereka lakukan.

Kemudian Islam datang dan mensyariatkan untuk membaca " بسم الله الرحمن الرحيم " (dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang).
Dari beberapa ringkasan kecil diatas kita dapat mengambil pelajaran bahwa tidak setiap budaya harus dilenyapkan, ada yang perlu dilestarikan, dan ada yang hanya perlu sedikit perubahan. Dan konsep dakwah seperti inilah yang membuat para Walisongo berhasil dalam menyebarkan Islam di Nusantara.

Jadi masih kah anda mengatakan bahwa Tahlilan, Yasinan, Manaqiban, Tawasulan, Kenduri, itu tidak boleh...? karena itu bukan budaya Islam..?
Islam membawa ajaran sedangkan budaya terlahir dari masyrakat itu sendiri. jadi pada haqiqat nya tidak ada istilah budaya Islam. Islam itu agama dan hanya membawa konsep ajaran.
Sedang istilah budaya Islam itu sendiri adalah kebudayaan sebuah masyarakat di wilayah tertentu yang di berikan ruh Islam, atau memang kebudayaan tersebut lahir dalam kelompok masyarakat muslim yang tercipta dari ajaran ajaran Islam.

Islam itu substantif. Dalam konsep ajaran Islam terdapat pensyariatan untuk menutup 'Aurat, kemudian dari inti ajaran ini timbulah berbagai praktek yang mana setiap masyarakat muslim memiliki perbedaan dalam pengaplikasian nya, Di indonesia misalnya lahir budaya memakai sarung di negara lain di timur tengah sudah menjadi budaya memakai gamis, dan negara - negara lainya. Yang mana perbedaan ini sama sekali tidak mengubah ajaran inti yaitu menutup aurat.

Itulah gambaran kecil, bahwa Islam itu membawa konsep ajaran yang substansif, sedangkan kebudayaan dan adat kebiasaan terciptà dari komunitas masyrakat muslim itu sendiri.

 Wa Allahu a'lam
1 comment

1 comment

  • asep
    asep
    June 10, 2023 at 9:10 AM
    Allahumma solli ala saydina muhammad
    Reply