-->
9vfg0AJa4SKEeswrn3rRCky8f8QOEXRuxxHmRFzq
© Ifhaam. All rights reserved. Premium By Raushan Design

Labels

Bookmark

Imam Asyakaki dan Isti'aroh Takhyiliyyahnya


Bagi yang pernah mempelajari ilmu bayan, nama Yusuf Assyaaki sudah tidak asing lagi dari telinga, beliau adalah salah satu ulama sastra yang syarat dengan pendapat-pendapatnya -khusus nya dalam disiplin ilmu bayan- yang tak jarang berseberangan dengan mayoritas ulama balagoh. salah satu pendapatnya yang masyhur adalah tentang ekistensi isyti'aroh takhyiliyah


Di depan akan sedikit kita bahas tashawur (penggambaran) mengenai isti'aroh takhyiliyyah, setelah terlebih dahulu kita bahas biografi singkatnya.

Biografi Sang Imam

Yusuf Asyakaki atau sering disebut Imam Syakaki bernama lengkap Yusuf bin Abu Bakr bin Ahmad bin Ali Asyakaki. Dikenal juga dengan nama Abu Ya'qub, selain itu beliau juga masyhur dengan laqob "Sirojuddin Al Khawarizmi" sebagaimana yang dituturkan Syekh Sirajuddin bin Al Bulqini.

Lahir di Syakaki, Khawarizm pada tahun 555 H/1160 M sebagaimana yang dituturkan oleh Ibn Hayyan dalam kitabnya Al Irtisyaf secara berulang-ulang di beberapa tempat dalam kitabnya tersebut, 
" ابْن السكاكي من أهل خوارزم ".

Beliau tumbuh dan besar disana, ia belajar ilmu bahasa kepada para ulama disana. Setelah selesai masa belajarnya ia memulai memberikan pengajaran, di saat inilah ke'alim-an beliau mulai tampak, namanya menjadi masyhur dan ia pun dikenal luas, namanya sangat bersinar pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Khawarizmsyah. 

Salah satu kitabnya yang masyhur adalah Miftahul 'Ulum kitab ilmu bahasa yang membahas beberapa ilmu bahasa seperti nahwu, shorof, ma'ani, bayan, badi', arudh dan yang lainya. Sebagaimana yang dituturkan Jalal Asyuyuti dalam kitabnya Bughyatul Wi'ah fi Thabaqotil Lughowiyyin wan Nuhaat,  
" وَله كتاب مِفْتَاح الْعُلُوم؛ فِيهِ اثْنَا عشر علما من عُلُوم الْعَرَبيَّة "  
ia memiliki kitab miftahul ulum yang didalamnya membahas 12 disiplin ilmu dari ilmu bahasa.

Nama kitab ini juga pernah disinggung oleh Tajuddin As Subki dalam kitab Jam'ul Jawamie .

Beliau ahli dalam berbagai disiplin ilmu, terkhusus dalam Ilmu Ma'ani dan Bayan. Syekh Sirojuddin bin Al Bulqini pernah berbicara tentang beliau.  "وَمن رأى مُصَنفه علم تبحره ونبله وفضله" orang yang melihat karyanya akan mengetahui keluasan ilmunya, keluhuran budi pekertinya dan keutamaannya.

Beliau wafat di Khawarizm pada tahun 626 H/ 1229 M.

Mengenal Isti'aroh Takhyiyliyyah

Isti'aroh sendiri adalah salah satu dalam istilah majaz, sebagaimana yang sudah maklum, bahwa dilihat dari sudut pandang 'alaqohnya, majaz itu ada Majaz Mursal ada Majaz Isti'aroh.

secara bahasa استعارة (Isti'aroh) bermakna "meminta pinjaman". sedangkan menurut istilah ilmu balaghah adalah "هي تشبيه حذف احد طرفيه فعلاقتها المشابهة دائما" tasybih (menyerupakan anatara dua perkara) yang salah satu tharafnya dibuang.

Tasybih : penyerupaan
Tharfain : musyabah (yang diserupakan) dan musyabah bihi (yang diserupai)

Sebagaimana definisi diatas bahwasanya Isti'aroh itu adalah tasybih yang salah satu tharaf nya dibuang. karena demikian maka Isti'aroh pun terbagi menjadi dua dilihat dari sudut pandang tharaf yang dibuangnya. Jika musyabah nya yang dibuang maka dinamakan Isti'aroh Tasrihiyyah, dan jika yang dibuangnya adalah musyabah bih dengan dituturkan juga lafadz lawazim musyabah bih maka dinamakan Isti'aroh bil Kinayah atau Isti'aroh Makniyyah.

bisa juga Isti'aroh Tasrihiyyah dan Isti'aroh Makniyyah di definiskan seperti berikut ;
الاستعارة التصريحية : ما صرح فيها بلفظ المشبه به
Isti'aroh yang musyabah bih nya di siratkan (musyabah nya dibuang).

الاستعارة بالكناية او المكنية : ما حذف فيها المشبه به ورمز له بشئ من لوازمه
Isti'aroh yang musyabah bih nya dibuang lalu di siratkan dengan salah satu dari sifat musyabah bih.

pada dasarnya pembagian Isti'aroh bisa dilihat dari 3 sudut pandang.

Pertama, dari sudut pandang sebagaimana pembahasan sebelumnya.

Kedua, dari sudut pandang kalimat pembentuknya terbagi dua : Isti'aroh Ashliyyah jika lafadz tempa berlangsungnya isti'aroh terbentuk dari isim jamid, dan Isti'aroh Taba'iyyah jika terbentuk dari isim musytaq atau fi'il

Ketiga, dilihat dari sudut pandang tandanya (ملائم) isti'aroh terbagi tiga.

Murasyahah : jika yang dituturkannya adalah tanda musyabah bih
Mujarrodah : jika yang dituturkannya adalah tanda musyabah
Mutlaqoh : Jika tidak dituturkan kedua tandanya.

Karena yang akan kita bahas adalah Isti'aroh Takhyiliyah nya Imam Syakaki. maka kita lebih memperhatikan pembagian Isti'aroh dalam sudut pandang yang pertama. karena munculnya Isti'aroh Takhyiliyyah berawal dari kalimat yang didalamnya terdapat Isti'aroh Makniyyah. sebagaimana wujudnya Isti'aroh Makniyyah disetiap adanya Tasybih Baligh.

dengan demikian maka disaat menjelaskan Isti'aroh Takhyiliyyah juga mesti menjelaskan Isti'aroh Makniyyah terlebih dahulu.

berikut skema dan pembahasan istiaroh tasrihiyyah dan isti'aroh makniyyah.
kita ambil contoh dari lafadz dalam bait Sulamul Munauroq
صلى عليه الله ما دام الحجا  يخوض من بحر المعاني لججا
kita garis bawahi lafadz ما دام الحجا يخوض lafadz الحجا kedudukan nya sebagai isim دام kalimat يخوض adalah fi'il mudhori yang fa'il nya berupa dhomir mustatir jawaz yang kembali pada الحجا, jumlahnya يخوض mahal nasab menjadi khabarnya ما دام
lafadz يخوض diatas yang menyimpan dhomir yang kembali pada الحجا tersebut jika didzohirkan maka seperti ini,
يخوض الحجا
nah sekarang kita akan fokus membahas penyandaran يخوض pada الحجا.
Arti lafadz يخوض adalah menyelam dan الحجا adalah akal. sehingga jika diruntutkan maka akan bermakna "akal menyelam". Nah penyandaran hukum "menyelam" pada "akal" ini bukan penyandaran (isnad) yang secara asal. karena secara haqiqatnya menyelam itu disandarkan nya pada "orang yang menyelam (الانسان الخائض)". maka bahasa "akal menyelam" disebut dengan isnad majaz 'aqli bukan isnad haqiqi
oleh karena itu maka dalam kalimat الحجا disitu ada majaz   berupa majaz isti'aroh . dikatakan majaz karena lafadz الحجا digunakan bukan pada tempat penggunaan nya. karena menyelam adalah bukan sesuatu yang berkaitan dengan akal tetapi dengan الانسان الخائض (seseorang yang menyelam). dikatakan isti'aroh karena ada konsep menyerupakan yaitu menyerupakan الحجا (akal) pada الانسان الخائض (penyelam).

kesimpulannya :

Akal (الحجا) adalah المشبه (yang diserupakan)
Penyelam (الانسان الخائض) adalah مشبه به (yang di serupai)
Menyelam (يخوض) adalah من لوازم المشبه به (bagian dari perkara-perkara yang lazim pada musyabah bih)

Maka dalam ungkapan يخوض الحجا , dibuang musyabah bih yaitu الانسان الخائض dan dituturkan من لوازمه yaitu يخوض dan dituturkan musyabah yaitu الحجا. setelah itu dipinjamlah maknaالانسان الخائض untuk lafadz الحجا. dengan demikian lafadz يخوض الحجا di kategorikan sebagai Majaz Istiiaroh bil Kinayah . sebagaimana diatas dijelaskan tentang majaz isti'aroh bil kinayah yaitu 
ما حذف منه المشبه به ورمز بشئ من لوازمه 
(isti'aroh yang dibuang musyabah bih nya kemudian di tandai dengan apa yang menjadi tanda musyabah bih)

setelah selesai ketika membahas tasybihnya الحجا pada الانسان الخائض dengan kesimpulan seperti diatas.

Nah Imam Syakaki punya satu pemahaman bahwa ما اثبت للمشبه الذي من لوازم المشبه به sesuatu yang di tetapkan pada musyabah yang mana sesuatu tersebut merupaka لوازم nya musyabah bih. Kalau dalam kalimat يخوض الحجا berarti yang dimaksud dari ما اثبت...الخ itu adalah lafadz يخوض nah menurut Imam Syakaki dalam contoh lafadz يخوض disini terjadi Tasybih juga yakni ada Isti'aroh juga. Yaitu menyerupakan خوض متخيل pada خوض متحقق. Yang mana lafadz خوض disini  dimafhum dari يخوض.

Jadi Imam Syakaki menuturkan bahwa selain menyelam yang bersifat nyata (خوض متحقق) ada juga menyelam secara khayalan/imaginasi (خوض متخيلا). Dengan demikian lafadz الحجا dalam kalimat يخوض الحجا bisa tetap menggunakan makna hakikat nya yaitu Akal karena menurut nya bahwa istilah menyelam juga ada bagi akal, hanya saja menyelam secara imajinasi. Sehingga dengan demikian kita di tuntut untuk berfantasi mengimajinasikan adanya penyelaman secara khayalan.  Nah menyelam nya akal yang bersifat khayalan itu di serupakan dengan menyelam nya manusia secara nyata (خوض متحقق) kemudian Musyabah bih di tuturkan yaitu menyelam secara nyata dan musyabah dibuang yaitu menyelam secara imajinasi. Berdasarkan konsep isti'aroh takhyiliyyah menurut Imam Syakaki.

والله اعلم بالصواب







Post a Comment

Post a Comment