-->
9vfg0AJa4SKEeswrn3rRCky8f8QOEXRuxxHmRFzq
© Ifhaam. All rights reserved. Premium By Raushan Design

Labels

Bookmark

Menelaah basmalah dalam kacamata mantiq.


Penelaahan bismillah sesuai disiplin ilmu tertentu yg hendak dipelajari  merupakan sesuatu yg masyhur dilakukan baik oleh generasi terdahulu atau sekarang.


Tak terlepas dg manatiqoh (para ulama mantiq). mereka selalu menampilkan pembahasan bismillah dalam kacamata mantiq disetiap karyanya.

Dalam ilmu mantiq "basmallah" bisa di telaah secara perkata lafadz (bi'itibari al mufaradat) atau secara susunan seluruhnya  (bi'itibari al murokabah).

Pertama penelaahan secara perkata
بسم الله الرحمن الرحيم
Jika dalam ilmu nahwu "ب" disebut dengan kalimat harf, maka dalam ilmu mantiq istilahnya adalah اداة ulama mantiq mendefinisikan اداة dengan redaksi
لفظ مفرد لا يصح ان يخبر به وحده
Lafadz tunggal yg tidak bisa membuat khobar dg lafadz tunggal tersebut. Esensi nya sama dengan definisi harf yg ada di ilmu nahwu
كلمة دلت على المعنى في غيرها
Yaitu sebuah kalimat yg tidak memiliki makna secara dzatiyah nya (sendirinya). Ia bisa memilki makna dikala di gabungkan dg kalimat lain. Seperti makna ibtida untuk kalimat من dikala digabungkan dg kalimat lain seperti من المسجدِ . Dan من tidak akan memiliki makna apapun disaat tunggal, karena wujudnya makna itu disaat bersandar pada kalimat lain.

Lalu untuk kalimat   "اسم " pada lafadz بسم الله الرحمن الرحيم
Ulama nahwu dan mantiq menggunkan istilah yg sama yaitu sebagai isim. Hanya saja ulama mantiq mendefinisikan kan nya dg bahasanya sendiri yaitu
لفظ مفرد يصح ان يخبر به وحده ولم يدل بهيئته وصيغته على الأزمنة الثلاتة
Simpulnya bahwa isim itu adalah lafadz tunggal yg memungkinan untuk membuat khobar dg lafadz tersebut dan dengan keadaan serta bentuk nya, isim tidak mengandung  unsur waktu yg tiga. (حال - مستقبل-ماض)  sama hal nya dg apa yg dikatakan ulama nahwu (nahwiyin).

Dalam ilmu mantiq isim terbagi menjadi dua  اسم كلي (universal) dan اسم جز ئي (parsial). Ism kulliy adalah sesuatu yang memberikan pemahaman isytiroq (ما يفهم الإشتراك) sedangan ism juziy sebalik nya yaitu ما لا يفهم الإشتراك sesuatu yg tidak memberikan pemahaman isytiroq (persekutuan).
Dengan mengetahu kedua definisi tadi maka dapat di simpulkan bahwa kata اسم yg ada dalam lafadz بسم الله الرحمن الرحيم itu termasuk اسم كلي.

Kemudian lafdzul jalalah dalam basmalah itu di golongkan sebagai 'Alam (nama) definisi dari 'Alam sendiri adalah
اسم ما كان عليه معنى واحدا وتشخص ذلك المعنى.
Isim yg memiliki satu makna dan makna tersebut menjadi tertentu (khusus). Sehingga dg digolongkan nya lafdzul jaalah sebagai alam, maka lafdzul jalalah termasuk ism juziyy.

Kemudian untuk lafadz الرحمن الرحيم itu bisa dua kemungkinan.  Jika keduanya dijadikan sebagai 'alam untuk dzat yg wajibil wujud maka keduanya di golongkan اسم جزئي. Namun bisa juga digolongkan sebagai اسم كلي jika yg dimaksud dari keduanya adalah sifat.

Setelah selesai menelaah basmalah bi'tibaril mufradat. Selanjutnya bagaimana penelaahan basmalah bi'tibaril murakabah, jadi penelaahan nya langsung tentang jumlah basmalah secara satu kesatuan susunan tidak seperti tadi yg membahas secara per kata.

Jumlah dari بسم الله الرحمن الرحيم bisa digolongkan sebagai jumlah insaiyyah ما لا يحتمل الصدق والكذب,  juga bisa sebagai jumlah khobariyyah ما يحتمل الصدق والكذب. Ketika dijadikan sebagai jumlah insaiyyah maka jumlah bismillah bukan sebuah qadiyah, sedangkan jika di jadikan jumlah khobariyah maka jumlah بسم الله الرحمن الرحيم  sebagai qadiyah. Qadiiyah nya sendiri berbeda beda sesuai dg taqdir  muta'alaq bismillah nya.

Pertama, jika  muta'alaq yg dikira-kira kan nya berupa lafadz seperti,
أبتدأ - هذا يبتدأ - زيد يبتدأ
Maka jumlah بسم الله الرحمن الرحيم  di sebut sebagai Qadiyah Syakhsiyah Mujabah /قضية شخصية موجبة karena Maudu' nya berupa Syakhsiyah Mu'ayyanah. Dan ini sejalan dg qaidah
كل قضية حملية كان موضوعها شخصية معينة فهي تسمى قضية شخصية.
Setiap qadiyah hamliyah yang Maudu' nya berupa Syakhsiyah Mu'ayyanah, itu dinamakan Qadiyah Syakhsiyyah.
Nah maudu' maudu' dari contoh ta'aluq diatas, yaitu dhomir mutakalim dalam kalimat ابتدأ, kemudian هذا, dan lafadz زيد itu semua adalah syakhsiyah mu'ayyanah, maka qadiyah nya pun disebut qadiyah sakhsiyyah.

Kedua, jika Muta'alaq yg di kira-kira kan semisal lafadz
يبتدأ بعض المؤمنين. اي يبتدأ بعض المؤمنين بسم الله الرحمن الرحيم
Maka jumlah basmalah bisa  disebut sebagai Qadiyah Juziyyah. Karena maudu' nya berupa juz'i dan menggunakan اداة السور الجزئي.

Ketiga, jika muta'alaq nya seperti lafadz
يبتدأ المؤمنون
Maka ini digolongkan pada qadiyah kuliyyah muhmalah.
Dikatakan kuliyyah karena maudu' nya lafadz kulliy dan disebut muhmalah karena di ihmalkan dari اداة سور. Nah, setiap qadiyah yg seperti itu dinamakan Kuliyyah Muhmalah.

Jadi jumlah basmalah itu memiliki  tiga kemungkinan qadiyah sebagaimana di jelaskan diatas, yg mana kemungkinan ini dilihat dari sudut pandang maudu' dari muta'alaq nya.

Namun dalam sudut pandang lain/i'tibar lain tepatnya dalam segi Jihat qadiyah nya (bi'tibari jihatil qadiyah fi ha) dinamakan Qadiyah Muwajahah, ini juga memiliki beberapa kemungkinan antara lain jihat nya bisa berupa
ممكنة عامة - ممكنة خاصة - مطلقة عامة
Pertama, jika jihah yg kita gunakan adalah ممكنة عامة maka maksud dari ابتدأ بسم الله الرحمن الرحيم arahnya adalah
ان نفي الإبتداء عن المتكلمين غير واجب عقلي
Bahwasnya nafi nya ibtida dari mutakalim itu bukan wajib Aqliy

Kedua, contoh jihah ممكنة خاصة , maka di saat kamu mengucapkan  ابتدأ بسم الله الرحمن الرحيم maka maksud arahnya adalah
ان ثبوت الإبتداء للمتكلم ونفيه عنه غير واجبين عقليين
Bahwasanya tetap nya "permulaan" / ibtida' terhadap mutakalim dan nafi nya dari mutakalim adalah sesuatu yg bukan wajib Aqliy.

Dan ketiga, مطلقة عامة gambarannya kamu mengucapkan ابتدأ بسم الله الرحمن الرحيم secara mutlaq dan umum, maka arah maknanya adalah
ان ثبوت الإبتداء للمتكلم  في بعض الأوقات
Yg berarti  "sesungguhnya tetapnya ibtida kepada mutakalim itu di sebagian waktu."

Itulah sekelumit pembahasan bismillah dg menggunakan pendekatan ilmu mantiq.

Wa Allahu a'lam bi showab.


0

Post a Comment